Senin, 27 Februari 2012

Kebiasaan Menunda


Dalam bahasa keuangan keluarga, “waktu adalah uang”. Bila Anda menunda keputusan keuangan yang harus diambil maka hal ini bisa merusak Anda tapi bila Anda melakukannya lebih dini, hal ini bisa memberikan kesejahteraan. Benar begitu? Semua keputusan ada di tangan Anda.
Ric Edelman, perencana keuangan andal dari Amerika, menyebutkan dalam bukunya yang bertajuk The Truth about Money, sedikitnya ada empat masalah utama yang membuat orang gagal menciptakan kehidupan yang sejahtera sebagaimana mereka harapkan, yakni:
1. Sikap suka menunda-nunda (procrastination);
2. Kebiasaan menghabiskan (spending habits);
3. Inflasi yang terus meningkat (inflation); dan …
4. Pajak (taxes)

Dua hal pertama yang disebutkan Edelman lebih merupakan masalah personal/pribadi, sementara dua hal lainnya boleh dikatakan sebagai masalah “sosial”. Atau dapat juga dikatakan bahwa dua hambatan pertama merupakan faktor “internal”, sementara dua yang lainnya bersifat “eksternal”.
Faktor “internal” harus diatasi dan diselesaikan pada level personal. Sikap suka menunda-nunda perencanaan keuangan, merupakan faktor utama tidak tercapainya kehidupan sejahtera di masa datang. Menunda perencanaan keuangan guna mempersiapkan biaya-biaya pendidikan anak, misalnya, dapat berdampak buruk kalau dilihat dalam jangka panjang. Akibatnya, anak-anak yang kita cintai mungkin saja akan kehilangan kesempatan untuk dapat menikmati proses pembelajaran di lembaga-lembaga yang bermutu baik karena keterbatasan biaya. Dalam hal persiapan dana pensiun juga sama. Mereka yang tidak mempersiapkannya jauh-jauh hari––idealnya dalam rentang waktu 30-40 tahun sebelum masa pensiun itu––boleh jadi akan menyusahkan pihak lain (baik keluarga maupun pemerintah) di masa mendatang.
Berbeda dengan faktor “internal” yang lebih merupakan tanggung jawab pribadi, faktor “eksternal” berkaitan dengan kondisi sosial dan perekonomian suatu negara. Tidak banyak orang yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan mengatur soal perpajakan dalam suatu negara. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor poleksosbudhankam yang sangat kompleks yang bahkan bisa melampaui kemampuan suatu pemerintahan karena hubungan-hubungan dalam skala regional sampai internasional-global. Yang mungkin dapat dilakukan oleh orang perseorangan dalam mengatasi hal ini adalah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan muncul dengan menarik pelajaran dari sejarah masa lalu. Artinya, sekalipun inflasi dan pajak tidak dapat kita kontrol, namun kita tetap dapat menentukan sikap pribadi terhadap hal-hal tersebut.
Biaya mahal yang harus dibayar!
Waktu adalah faktor terbesar dalam menentukan nilai uang. Sebut saja, Anda menabung sebesar Rp10 juta dengan bunga 8 persen per tahun/net. Dalam satu tahun ke depan tentunya Anda akan mengharapkan nilai investasi Anda akan lebih besar dari Rp10 juta atau nilainya bertumbuh menjadi Rp10.800.000. Bila Anda menyimpannya di bawah bantal, maka nilai Rp10 juta akan tetap bernilai Rp10 juta satu tahun mendatang. Malah mungkin berkurang karena adanya inflasi.

Temuan paling penting dalam sejarah keuangan adalah bunga majemuk (compound interest). Prinsip bunga majemuk adalah, hasil bunga yang didapat dari investasi akan ditambahkan kembali ke investasi awal dan dibungakan kembali. Jadi hasil yang akan Anda peroleh dalam tahun-tahun mendatang bukan hanya dari investasi awal yang Anda tempatkan tapi juga dari bunga yang dihasilkan selama uang itu diinvestasikan.
Mari kita lihat perhitungan yang sebenarnya. Seperti contoh di atas, bila Anda menabung sebesar Rp10 juta dengan bunga 8 persen per tahun/net. Satu tahun ke depan nilainya bertumbuh menjadi Rp10.800.000. Anda terus menginvestasikannya. Begitu tahun kedua berjalan, maka Anda akan mendapatkan 8 persen keuntungan lagi tapi bukan dari nilai Rp10 juta tapi dari nilai Rp10,800,000 atau di akhir tahun kedua nilai ivestasi Anda akan bertambah menjadi Rp11,664,000. Semakin panjang masa investasi maka nilai investasi Anda juga akan bertambah sejalan dengan perhitungan bunga berbunga.
Berapa pun tingkat suku yang Anda peroleh dari investasi yang dilakukan, waktu akan memberikan tingkat pengembalian yang luar biasa. Tapi dengan tingkat suku bunga lebih tinggi satu poin saja, nilai keutungan yang mungkin diperoleh akan jauh bertambah.
Andi berusia 25 tahun, Tuti 35 tahun, dan Anto 45 tahun. Masa pensiun bagi mereka adalah diusia 55 tahun. Lihat perkembangan investasi yang mereka lakukan setiap bulan sejumlah Rp1 juta dengan tingkat suku bunga 8 persen. Dalam kehidupan nyata, pajak berpengaruh dan menurunkan jumlah keuntungan yang bisa Anda peroleh.
Jelas terlihat dari tabel di atas, harga yang harus dibayar akibat kebiasaan menunda sangat mahal. Bila Anda menunda 10 tahun (usia Anda saat ini 25), dengan nilai investasi Rp100 juta dan asumsi bunga 6 persen, di usia 55 tahun, Anda hanya memperoleh dana sekitar Rp320 juta. Bila tidak menundanya Anda bisa memperoleh sekitar Rp574 juta.
Satu-satunya tindakan yang harus Anda ambil adalah melakukan perencanaan keuangan keluarga yang menyeluruh sekarang. Jangan tunda lagi, berapapun usia Anda saat ini. Karena menunda keputusan seputar keuangan keluarga harus dibayar mahal di masa datang.
Take action, now…!!

Tulisan : M. Ihsan, Dosen BINUS dan juga seorang perencana keuangan

MENABUNG: MEMBAYAR UNTUK DIRI Agustus 3, 2007

Posted by safruddin in Investasi & Keuangan
Selama Anda tidak memiliki angsa bertelur emas atau mesin pembuat uang (money machine) maka Anda sendiri yang harus menjadi money machine. Berapa pun penghasilan Anda tidak menjamin bahwa Anda akan hidup nyaman di masa depan. Karena, bukan uang yang Anda hasilkan yang akan menyelamatkan Anda akan tetapi uang yang Anda sisihkan atau simpan yang berperan.
Empat Alasan Mengapa Orang Tidak Menabung
Banyak alasan mengapa individu ataupun keluarga harus menabung, akan tetapi untuk kebanyakan masyarakat, terdapat empat alasan mengapa mereka tidak melakukannya.

1. Karena karier yang sedang menanjak, maka Anda berpikir bahwa Anda akan memperoleh uang banyak nantinya sehingga tidak perlu memulai untuk menabung.
2. Anda merasa bahwa Anda hidup sekarang, dan menabung sangat sulit dan membatasi keinginan Anda.
3. Anda berpikir bahwa menabung tidaklah terlalu penting dan Anda berpikir tidak dapat mengubah prilaku keuangan Anda.
4. Anda berpikir bahwa manabung tidak akan menghasilkan apa pun dengan rendahnya tingkat suku bunga dan tingginya inflasi.
Menabung Membuat Anda Kaya, Bukan Penghasilan Anda
Tidak seorang pun menjadi kaya hanya karena penghasilannya besar. Kekayaan menjadi nyata bila Anda menyimpan atau menyisihkan dana setiap bulannya dan diinvestasikan. Banyak orang berpikir, menurut hemat kami kurang logis, “Bila saja saya menghasilkan lebih banyak maka semua keadaaan akan lebih baik.” Realitasnya, dengan meningkatnya pendapatan pasti akan selalu dibarengi dengan kenaikan standar hidup atau gaya hidup. Sehingga Anda akan tetap membutuhkan hampir semua penghasilan bulanan yang Anda peroleh dengan kerja keras. Kenyataannya, bila individu atau keluarga gagal merencanakan menabung (saving plan) maka mereka hanya akan menambah hutangnya.

Bila Anda mendapatkan promosi maka dengan standar hidup baru Anda harus membeli mobil yang lebih mempresentasikan jabatan Anda. mobil baru dengan kredit. hutang. Kemudian, Anda berpikir dengan posisi sekarang ini maka saya harus membeli urmha yang lebih bagus. Maka Anda memutuskan untuk kembali berhutang. Anda bisa menghasilkan pendapatan yang besar akan tetapi dengan itu diikuti dengan pola belanja atau kebiasaan yang kurang baik, menambah atau menimbun hutang. Karena masyarakat kita sekarang ini apalagi masyarakat perkotaan sangatlah materialistis. Mereka melihat apa yang Anda pakai atau pergunakan. Bukannya apa yang Anda lakukan untuk diri Anda serta keluarga dan tentunya untuk masyarakat yang lebih luas lagi (lingkungan sekitar).
Sangat tidak benar bila Anda berpikir bahwa kekayaan akan datang dengan sendirinya karena penghasilan Anda besar serta tetap mempertahankan perilaku keuangannya. Anda harus berubah menjadi lebih baik dan lebih bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan keuangan, banyak orang beranggapan bahwa ia bisa melakukan kesalahan dengan menggunakan semua penghasilannya untuk keperluan bulanan dan nantinya akan membetulkannya bila penghasilannya meningkat.
Jadi, Anda sangat percaya bahwa dengan penghasilan Anda yang tinggi akan merubah keadaan keuangan Anda di masa datang. Percaya dengan kami, bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi bila prilaku Anda terhadap uang tidak pernah berubah. Jangan belanjakan seluruh penghasilan bulanan Anda. Sisihkan dan investasikan untuk masa depan.

Jadi, dapat disimpulkan bila Anda ingin menjadi kaya (dalam artian material) di masa datang dua hal, dan hanya dua hal yang harus Anda ubah dan tingkatkan. Pertama adalah ubah prilaku Anda terhadap uang atau perubahan pada diri Anda sendiri. Kedua adalah tingkatkan persentasi tabungan dibandingkan dengan total penghasilan.
Menabung Bisa Sangat Menyenangkan dan Mudah Dilakukan
Sekaranglah Anda harus memulai untuk menabung. Banyak orang gagal dalam melakukan dan tetap menabung karena mereka memaksakan dirinya dengan jalan mengurangi kebutuhan setiap bulannya. Mereka memangkas sedikit pengeluaran di sini dan di sana. Walau sudah melakukan hal itu tetap saja mereka hanya dapat menyisihkan sedikit setiap bulannya.

Mungkin ada baiknya bila Anda mengubah skenario. Bila dipelajari Anda membayar orang lain terlebih dahulu bukannya diri Anda sendiri. Anda membayar tukang roti bila Anda membeli roti, Anda membayar tukang potong rambut langganan Anda apabila selesai menata rambut Anda. tapi pertanyaan, kapan Anda membayar untuk diri Anda sendiri?
Jadi, sudah sebaiknyalah Anda membayar untuk diri Anda sendiri sebelum Anda membayar untuk orang lain. Menurut hemat kami, ada jalan di mana Anda dapat membayar untuk diri Anda sendiri, dengan menyisihkan 10 persen dari penghasilan bulanan setiap bulannya di depan. Jangan setelah Anda menggunakannya selama sebulan atau apa yang tersisa tapi Anda harus menyisihkannya di muka.
Dengan 10 persen yang Anda bayarkan untuk diri Anda, maka Anda akan memelihara angsa petelur emas yang akan menjadikan anda kaya. Dan dengan sisa yang 90 persen Anda gunakan untuk membayar orang lain. Anda tidak akan merasakan perubahan yang berarti dengan tingkat kehidupan Anda dengan memotong 10 persen dari penghasilan di muka.
Dengan waktu berjalan Anda tidak akan merasakan bahwa Anda sudah memotong 10 persen dari penghasilan Anda. Mungkin Anda merasa sulit untuk mempercayainya. Tapi, bila Anda melakukannya dengan benar maka Anda akan mendapatkan manfaat dari aksi yang Anda lakukan.[mi]
Sumber : Tulisan M. Ichsan, Dosen Universitas Bina Nusantara dan juga perencana keuangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar